Jadi ini hasil kerja saya yang harus dikumpulkan menjadi satu bersama cerita milik teman teman saya dengan tema kewirausahaan. Dan sekarang sudah ada di perpustakaan di sekolah saya.
Di malam yang dingin, pada suatu hari, lahirlah anak perempuan dari rahim seorang pembantu rumah tangga di kediaman majikannya. Ditemani oleh seorang bidan, proses melahirkan berjalan lancar dan sukses. Senyuman tulus dari seluruh anggota keluarga tersimpul seiring tangisan bayi kecil yang telah menatap dunia luar.
Dalam keluarga itu, terdapat sepasang suami istri pemilik perusahaan sepatu terbesar di Bandung. Mereka bernama Pak Sutrisno dan Bu Hernita. Mereka memiliki anak bernama Sam yang lahir tiga bulan lalu. Pak Sutrisno sangat prihatin dengan keadaan Bu Lela yang sejatinya adalah sahabat dari Pak Sutrisno sendiri, yang entah bagaimana, keadaan ekonomi Bu Lela menuntutnya untuk mengemis di jalan raya di bawah panas yang terik. Namun itu semua terjadi terakhir kali lima bulan yang lalu. Kini, Bu Lela menjadi seorang pembantu rumah tangga di kediaman Pak Sutrisno.
Enam tahun kemudian, Sam dan Dena masuk ke kelas bersama. Bukan karena takut atau apa, tapi mereka adalah sahabat dari kecil, bermain bersama, makan bersama, mandi bersama, dan melakukan sesuatu selalu bersama. Ya, Dena memang anak dari Bu lela yang hanya berumur tiga bulan lebih muda dari Sam. Pak Sutrisno berbaik hati dan tanpa beban menyekolahkan Dena di sekolah yang sama dengan Sam.
Di kelas, Dena dan Sam berkenalan dengan murid-murid lain di kelas, dan dapat cepat akrab dengan seluruh anak kelas. Hari demi hari berlalu. Canda tawa di antara mereka terus menerus terlimpah dalam hari-hari mereka. Terlebih di dalam seluruh pelajaran, Dena dan Sam lah jagoannya. Mereka berdua selalu mendapat ranking teratas. Saat lulus Sd, Dena dan Sam dimasukkan ke sekolah yang sama. Sekolah tersebut adalah SMP swasta terbaik dan termewah di Bandung.
Di sana, mereka tetap bersahabat dengan baik, dan mereka memiliki banyak sekali teman. Mereka berdua dikenal sebagai dua sejoli yang sempurna. Meskipun Dena adalah anak seorang pembantu, namun kehidupannya bak seorang putri dari suatu kerajaan. Dena tetap rendah hati dan tidak pernah merasa sombong. Akan tetapi kemewahan tersebut tetap menjadi pikiran Bu Lela, yang khawatir jika anaknya akan berbuat yang tidak-tidak. Terkadang, Bu Lela memaksa Dena untuk mengembalikan barang yang diberikan oleh Pak Sutrisno seperti laptop, biola, dan kalung. Laptop yang sekarang Dena pakai adalah hasil dari pengumpulan uang saku yang diberikan oleh Pak Sutrisno setiap harinya.
Daat lulus SMP, Dena dan Sam juga meraih peringkat teratas. Nilai UN mereka sama persis, dan dilai rapotnya tidak jauh berbeda. Sungguh beruntung Dena memiliki sahabat seperti Sam yang selalu membantunya belajar. Sebenarnya Pak Sutrisno juga menawarkan kepada Dena untuk diikutkan bimbingan belajar. Tapi Bu Lela menolak. Jelas. Hidup Bu Lela dan Dena sudah seperti orang kerajaan dengan pangkat yang tinggi. Ditambah dengan fasilitas yang seperti itu? Tentu saja ditolak.
Sam dan Dena pun diterima di sekolah negeri terbaik di Bandung. Hari demi hari berlalu. Wajah mereka terpampang di mana-mana karena prestasi yang telah mereka raih. Tapi di sini agak berbeda. Dena adalah jagoan di bidang ekonomi, dan Sam adalah yang terbaik di bidang kimia. Tapi tetap saja, mereka sangat dekat dan hangat, sampai teman temannya sering mengira bahwa mereka berdua pacaran.
Waktu berjalan cepat, dan tidak terasa sudah tiga tahun mereka menuntut ilmu di SMA. Waktunya pengumuman kelulusan SNMPTN. Sam diterima di universitas yang sama dengan Dena. Sam jurusan teknik kimia dan Dena jurusan manajemen. Berbeda jurusan tidak membuat mereka berpisah. Sudah pasti mereka tetap bercengkerama bagaikan saudara kembar di rumah, melakukan aktifitas bersama-sama yang tak canggung saat salah satu diantara mereka ada yang kentut, misalnya. Bu Lela bangga melihat kedua anaknya sudah besar dengan prestasi yang gemilang. Dia memang sudah menganggap Sam sebagai anak kandungnya. Begitu pula dengan Bu Hernita dan Pak Sutrisno yang menganggap Dena sebagai anaknya.
Mereka berdua pun lulus dengan predikat cumlaude. Saatnya mencari pekerjaan yang pas. Namun yang terjadi selanjutnya adalah Pak Sutrisno menderita penyakit kanker usus stadium 4 yang artinya sulit sekali disembuhkan. Selama ini, Pak Sutrisno memang selalu mengabaikan bagian tubuhnya yang sakit. Saat demam tinggi saja, Pak Sutrisno tetap melakukan observasi di banyak kota. Dan akhirnya, dirasakan sakit yang luar biasa di perutnya yang membuatnya berhenti melakukan aktifitasnya dan pergi ke dokter. Ternyata dia sudah mengidap penyakit tersebut sejak lama.
Sudah sangat kecil harapan hidup bagi Pak Sutrisno. Semua ini bergantung pada takdir dan waktu. Pak Sutrisno langsung meghentikan semua aktifitasnya. Hal itu tentu saja membuat perusahaannya terbengkalai. Sam yang sedang sibuk mencari pekerjaan pun harus berhenti karena merawat ayahnya. Sedangkan Dena telah mendapat pekerjaan di suatu perusahaan besar sebagai supervisor. Dena tetap menyempatkan diri untuk pulang melihat Pak Sutrisno, karena dia sudah menganggapnya sebagai ayah kandungnya. Terkadang Dena dan Sam menangis berdua saat bercerita tentang keadaan Pak Sutrisno di kamar Sam.
Satu bulan berlalu tanpa Pak Sutrisno di perusahaannya. Pak Sutrisno sangat khawatir dan akhirnya menyuruh Sam menggantikannya. Sam pun mau tidak mau hanya bisa menuruti apa kata ayahnya itu. Tiga hari berlalu, Sam tidak dapat mengatur apa yang terjadi, apa saja yang harus dilakukan, dan banyak sekali pikiran-pikiran di kepalanya. Dia tidak tahu bagaimana menjadi pemimpin di perusahaan yang sudah sangat besar. Hanya dalam waktu tiga hari, banyak kesalahan yang telah dia perbuat. Dia pun sedikit frustasi dan pulang siang hari menenangkan diri di rumah.
Pada sore hari, Pak Sutrisno berteriak kesakitan dan tersirat perasaan takut di wajahnya. Nafas Pak Sutrisno tersendat sendat. Sam bergegas lari menuju kamar ayahnya. Di sana sudah ada Bu Hernita. Dia menangis tersendu sendu dan segera memeluk ayahnya. Saat itu juga, ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya. Tangis pun pecah diantara mereka. Sam meneriakkan kata "Ayah" berkali-kali sambil menangis. Disusul kedatangan Bu Lela yang akhirnya menambah suasana menyedihkan diantara mereka. Pak Sutrisno telah pergi untuk selamanya. Bu Lela membayangkan besarnya kasih sayang yang telah diberikan Pak Sutrisno kepada Dena dan kebaikan-kebaikan serta canda tawa yang telah mereka lewati.
Tidak lama kemudian Dena pulang ke rumah dan dari teras dia mendengar suara tangis lalu dia berlari menuju kamar ayahnya. Kemudian dia berlutut tak menyangka ayahnya akan pergi secepat itu. Dia menjatuhkan bingkisan berisi cokelat kesukaan Pak Sutrisno, dan menangis.
Setelah semua itu terjadi, pemakaman Pak Sutrisno telah dilaksanakan, dan perusahaan turut berkabung. Dena dan Sam tiduran berdua di kamar Sam sambil sesekali menangis setelah sadar apa yang telah terjadi. Mereka pun akhirnya tertidur.Pagi pun tiba beserta perasaan sedih yang masih melekat kuat di hati mereka, harus dijalani hari yang akan sangat panjang ini. Mereka pun berusaha keras melupakan rasa sedih dengan berfikir positif terhadap apapun. Akhirnya mereka berdua dapat tegar dan kembali beraktifitas normal.
Dena pun bekerja tanpa harus pulang tiap hari. Dia pun bekerja selama 6 bulan berturut turut tanpa pulang ke rumah. Sesekali ia merindukan keluarganya di rumah. Merindukan keceriaan yang ada, merindukan ayah. Sangat rindu ayah. Setelah enam bulan tidak pulang, dia pun mengambil cuti sebulan untuk menikmati harinya di rumah. Tentu dia ingin sekali bertemu dengan Sam. Sementara Sam masih terus berusaha mengurangi kesalahannya dalam memimpin perusahaan. Maklum, dia kuliah di jurusan teknik, jadi dia tidak mempelajari teknik-teknik dalam mengelola suatu perusahaan. Setelah bertelfonan, Sam dan Dena sepakat untuk pulang ke rumah pada siang hari. Di sela kesibukan mereka tidak akan pernah ada kata sempat jika mereka tidak janjian dulu.
Sam sampai di rumah terlebih dulu. Tidak sabar bertemu Dena, dia menunggu di ruang tamu hingga ketiduran. Dua jam kemudian terdengar ketukan pintu dari luar. Sam kaget dan terbangun. Dengan wajah orang tidur dia membukakan pintu. Saat dia melihat Dena setelah enam bulan, tiba tiba dia mengatakan, "Cantik sekali". Sam terpesona sejenak melihat Dena. Rambutnya digerai dan lebih panjang dari sebelumnya, tidak berkacamata, dengan pakaian indah yang modis namun sopan. Dena sedikit terkejut karena kalimat pertama yang diucapkan oleh sahabatnya itu. Meskipun begitu dia tetap seorang wanita biasa.
Yang terjadi selanjutnya adalah.
Dena memeluk Sam sambil sedikit melompat. Dena bingung dan di pikirannya berkecambuk bagaimana caranya agar dia tidak terlihat salah tingkah atau tidak terlihat menganggap serius omongan Sam tadi. Jadi, langsung saja Dena memeluk Sam dengan perasaan sedikit canggung namun tak terlihat dari raut wajahnya. Karena Sam sedang tidak begitu fokus, dengan pikiran sedikit terngiang setelah bangun tidur, dan badan yang tidak siap menerima suatu beban, Sam justru terjatuh ke belakang dengan disusul Dena di atasnya. Menambah suasana semakin tidak nyaman. Dena segera merapikan posisinya dan Sam juga. Mereka bergegas masuk ke dalam dan segera menemui kedua ibunya tanpa mengatakan sepatah katapun. Masih grogi.
Setelah beberapa lama, mereka kembali akrab bagaikan saudara kembar kembali tanpa ada rasa canggung di antara keduanya. Mereka kembali tiduran di kamar Sam dan bercerita panjang lebar mengenai apa yang telah mereka alami. Dan mereka pun tertidur.
Tengah malam, tiba tiba suhu ruangan menjadi sangat dingin. Dengan mata masih terlelap, Dena tanpa sadar merapatkan tubuhnya ke arah Sam lalu menggunakan selimut bersama. Dengan setengah sadar, Sam membalikkan tubuhnya sehingga dia bisa memeluk Dena dan mereka tertidur dalam posisi seperti itu.
Entah siapa yang bangun duluan, mereka berdua terkaget-kaget lalu melepaskan pelukan itu. Sam keluar ruangan duluan dan segera bersiap siap untuk ke kantor. Dena ikut membantu Bu Lela untuk memasak dan melakukan pekerjaan rumah. Bu Lela, Bu Hernita, Sam dan Dena mekan bersama dan mengobrol asik.
Sebelum berangkat ke kantor, Sam meminta Dena untuk membimbingnya agar dapat menjalankan suatu perusahaan dengan baik. Posisi Dena yang telah naik pangkat menjadi manajer sangatlah membantu. Mereka membicarakan menganai perusahaan, topik yang cukup berat. Setiap hari Sam pulang siang hari dan berkonsultasi dengan Dena mengenai perusahaannya. Hal tersebut sangat membantu Sam dalam menjalankan perusahaan dengan baik serta meminimalisir kesalahan yang terjadi.
Canda tawa kembali mereka lalui. Bagaikan sahabat, adik kakak, saudara kembar, keluarga, dan rasa nyaman terasa kental di antara mereka. Satu bulan berlalu, Dena harus kembali bekerja. Sam merasakan kesedihan yang mendalam karena tidak akan bertemu Dena dengan waktu yang cukup lama. Tapi aneh, dia tidak ingin Dena jauh jauh dari hidupnya. Dena sudah seperti separuh jiwanya. Saat Dena pergi, Sam seperti kehilangan separuh jiwanya.
Satu bulan kemudian dia sangat merindukan Dena. Setiap hari dia lalui dengan memikirkan Dena. Sam tahu bahwa itu adalah perasaan cinta. Rasa ingin memiliki, melindungi, ditambah rasa nyaman yang ada di antara mereka membuatnya menjadi sempurna. Sam tidak tahu kapan perasaan itu mulai ada, yang jelas dia mencintai Dena apa adanya. Sam menyusul ke perusahaan tempat Dena bekerja.
Sam menyiapkan segalanya untuk menyatakan perasaan kepada Dena. Mulai dari bagasi berisi balon balon romantis yang saat dibuka balon tersebut terbang bertuliskan "I LOVE YOU DENA", lalu cincin, dan baju yang keren pastinya. Sam berpikir bahwa Dena pasti akan suka dan langsung menerimanya.
Sam pun sampai pada malam hari, yang artinya dia sudah pulang dari kantor. Dia langsung menuju apartemen Dena. Di sana, Dena membukakan pintu dan terkejut. Lalu mereka berdua bercengkrama keasikan dan Sam jadi lupa tentang apa yang harus dilakukan. Saat Sam berkata bahwa ada sesuatu yang ingin dia katakan, suasananya sudah tidak mendukung untuk melakukannya, karena mereka berdua sudah dirundung rasa kantuk, baju yang sudah tidak berbentuk alias berantakan, dan Dena yang sudah bergegas untuk pergi tidur. Sam akhirnya tidak jadi menyatakan perasaan kepada Dena. Dan Sam tidur di Apartemen Dena. Saat subuh, sam sudah bangun dan bergegas pergi ke kantor.
Dua hari sudah berlalu. Sam akhirnya menyempatkan diri untuk menelfon Dena. Dena juga menyempatkan waktu bertemu dengan Sam di suatu restaurant elegan yang mewah. Hal itu tentu saja dalam rangka ingin menyatakan perasaan kepada Dena. Restauran tersebut sudah lebih dulu di pesan oleh Sam. Kalau biasanya mereka hanya makan di angkringan Bu Harno.
Sam berdandan menggunakan pakaian yang keren. Dena pun datang dan dia juga mengenakan pakaian yang elegan.
Sam lalu memulai pembicaraan dengan topik rang sedikit berat. Karena dia tahu, bila dimulai dengan topik yang ringan pasti mereka berdua akan keasikan seperti saat kegagalan pertamanya kemarin. Dimulai dengan perusahaan perusahaan yang sedang nge-tren, sampai dengan anak kedua Kate midalton. Sam pun mulai serius dengan pembicaraannya. Dan penerangan remang remang yang pas untuk momen seperti ini. Akhirnya Sam menyatakannya.
"Dena, aku cinta sama kamu. Aku nggak tahu dari kapan aku mulai suka, sampai aku merasa kamu adalah belahan jiwa yang selama ini aku dambakan. Kamu mau kan jadi istriku?" (Memang sifat Sam kadang suka sedikit memojokkan tanpa bertanya pendapat dulu)
"Sam, kamu serius cinta sama aku?"
Seakan Dena tidak percaya, Sam menanggapinya dengan tertawa kecil, lalu mengajaknya ke mobil. Sam lalu membuka bagasi dan terlihat balon bertuliskan "I LOVE YOU DENA" lalu berlutut sambil menunjukkan cincin yang telah dia siapkan dari jauh hari.
"Kamu mau kan jadi istriku? Menemani aku kapanpun, saat susah, senang, sampai kita punya anak cucu?"
Dena terharu dan akhirnya menerima lamaran Sam yang lumayan mendadak ini. Mereka pun berpelukan di belakang mobil, lalu tepuk tangan para pelayan restauran mengiringi..
Akhirnya Dena menikah dengan Sam. Dena keluar dari perusahaannya, lalu bekerja di perusahaan milik Sam tanpa digaji, menjadi asisten pribadi Sam. Terkadang mereka melakukan hal yang mesra di kantor, tertawa bersama, frustasi bersama, dan melakukan apapun bersama. Dan yang sebenarnya terjadi, Dena lah yang memegang kendali penuh alias otak dari perusahaan. Sam hanya menjadi pelakunya.
Perusahaannya akhirnya berkembang menjadi perusahaan terbesar di Asia, berkat pengalaman dan kemahiran Dena dalam menjalankan perusahaan. Diiringi dengan penerus yang sekarang sedang lucu lucunya, kembar perempuan dan laki laki, berumur 4 tahun.
Jujur saat saya menulis ini, saya hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam saja, dimana saya tidak memikirkan tema apa yang seharusnya mendominasi cerita tersebut. Jangan tiru saya ya kawanss :).
"Tak Kusangka Kita Jadi Seperti Ini", Kata Hati Dena
Oleh : Herwienda Fatmayoni
Di malam yang dingin, pada suatu hari, lahirlah anak perempuan dari rahim seorang pembantu rumah tangga di kediaman majikannya. Ditemani oleh seorang bidan, proses melahirkan berjalan lancar dan sukses. Senyuman tulus dari seluruh anggota keluarga tersimpul seiring tangisan bayi kecil yang telah menatap dunia luar.
Dalam keluarga itu, terdapat sepasang suami istri pemilik perusahaan sepatu terbesar di Bandung. Mereka bernama Pak Sutrisno dan Bu Hernita. Mereka memiliki anak bernama Sam yang lahir tiga bulan lalu. Pak Sutrisno sangat prihatin dengan keadaan Bu Lela yang sejatinya adalah sahabat dari Pak Sutrisno sendiri, yang entah bagaimana, keadaan ekonomi Bu Lela menuntutnya untuk mengemis di jalan raya di bawah panas yang terik. Namun itu semua terjadi terakhir kali lima bulan yang lalu. Kini, Bu Lela menjadi seorang pembantu rumah tangga di kediaman Pak Sutrisno.
Enam tahun kemudian, Sam dan Dena masuk ke kelas bersama. Bukan karena takut atau apa, tapi mereka adalah sahabat dari kecil, bermain bersama, makan bersama, mandi bersama, dan melakukan sesuatu selalu bersama. Ya, Dena memang anak dari Bu lela yang hanya berumur tiga bulan lebih muda dari Sam. Pak Sutrisno berbaik hati dan tanpa beban menyekolahkan Dena di sekolah yang sama dengan Sam.
Di kelas, Dena dan Sam berkenalan dengan murid-murid lain di kelas, dan dapat cepat akrab dengan seluruh anak kelas. Hari demi hari berlalu. Canda tawa di antara mereka terus menerus terlimpah dalam hari-hari mereka. Terlebih di dalam seluruh pelajaran, Dena dan Sam lah jagoannya. Mereka berdua selalu mendapat ranking teratas. Saat lulus Sd, Dena dan Sam dimasukkan ke sekolah yang sama. Sekolah tersebut adalah SMP swasta terbaik dan termewah di Bandung.
Di sana, mereka tetap bersahabat dengan baik, dan mereka memiliki banyak sekali teman. Mereka berdua dikenal sebagai dua sejoli yang sempurna. Meskipun Dena adalah anak seorang pembantu, namun kehidupannya bak seorang putri dari suatu kerajaan. Dena tetap rendah hati dan tidak pernah merasa sombong. Akan tetapi kemewahan tersebut tetap menjadi pikiran Bu Lela, yang khawatir jika anaknya akan berbuat yang tidak-tidak. Terkadang, Bu Lela memaksa Dena untuk mengembalikan barang yang diberikan oleh Pak Sutrisno seperti laptop, biola, dan kalung. Laptop yang sekarang Dena pakai adalah hasil dari pengumpulan uang saku yang diberikan oleh Pak Sutrisno setiap harinya.
Daat lulus SMP, Dena dan Sam juga meraih peringkat teratas. Nilai UN mereka sama persis, dan dilai rapotnya tidak jauh berbeda. Sungguh beruntung Dena memiliki sahabat seperti Sam yang selalu membantunya belajar. Sebenarnya Pak Sutrisno juga menawarkan kepada Dena untuk diikutkan bimbingan belajar. Tapi Bu Lela menolak. Jelas. Hidup Bu Lela dan Dena sudah seperti orang kerajaan dengan pangkat yang tinggi. Ditambah dengan fasilitas yang seperti itu? Tentu saja ditolak.
Sam dan Dena pun diterima di sekolah negeri terbaik di Bandung. Hari demi hari berlalu. Wajah mereka terpampang di mana-mana karena prestasi yang telah mereka raih. Tapi di sini agak berbeda. Dena adalah jagoan di bidang ekonomi, dan Sam adalah yang terbaik di bidang kimia. Tapi tetap saja, mereka sangat dekat dan hangat, sampai teman temannya sering mengira bahwa mereka berdua pacaran.
Waktu berjalan cepat, dan tidak terasa sudah tiga tahun mereka menuntut ilmu di SMA. Waktunya pengumuman kelulusan SNMPTN. Sam diterima di universitas yang sama dengan Dena. Sam jurusan teknik kimia dan Dena jurusan manajemen. Berbeda jurusan tidak membuat mereka berpisah. Sudah pasti mereka tetap bercengkerama bagaikan saudara kembar di rumah, melakukan aktifitas bersama-sama yang tak canggung saat salah satu diantara mereka ada yang kentut, misalnya. Bu Lela bangga melihat kedua anaknya sudah besar dengan prestasi yang gemilang. Dia memang sudah menganggap Sam sebagai anak kandungnya. Begitu pula dengan Bu Hernita dan Pak Sutrisno yang menganggap Dena sebagai anaknya.
Mereka berdua pun lulus dengan predikat cumlaude. Saatnya mencari pekerjaan yang pas. Namun yang terjadi selanjutnya adalah Pak Sutrisno menderita penyakit kanker usus stadium 4 yang artinya sulit sekali disembuhkan. Selama ini, Pak Sutrisno memang selalu mengabaikan bagian tubuhnya yang sakit. Saat demam tinggi saja, Pak Sutrisno tetap melakukan observasi di banyak kota. Dan akhirnya, dirasakan sakit yang luar biasa di perutnya yang membuatnya berhenti melakukan aktifitasnya dan pergi ke dokter. Ternyata dia sudah mengidap penyakit tersebut sejak lama.
Sudah sangat kecil harapan hidup bagi Pak Sutrisno. Semua ini bergantung pada takdir dan waktu. Pak Sutrisno langsung meghentikan semua aktifitasnya. Hal itu tentu saja membuat perusahaannya terbengkalai. Sam yang sedang sibuk mencari pekerjaan pun harus berhenti karena merawat ayahnya. Sedangkan Dena telah mendapat pekerjaan di suatu perusahaan besar sebagai supervisor. Dena tetap menyempatkan diri untuk pulang melihat Pak Sutrisno, karena dia sudah menganggapnya sebagai ayah kandungnya. Terkadang Dena dan Sam menangis berdua saat bercerita tentang keadaan Pak Sutrisno di kamar Sam.
Satu bulan berlalu tanpa Pak Sutrisno di perusahaannya. Pak Sutrisno sangat khawatir dan akhirnya menyuruh Sam menggantikannya. Sam pun mau tidak mau hanya bisa menuruti apa kata ayahnya itu. Tiga hari berlalu, Sam tidak dapat mengatur apa yang terjadi, apa saja yang harus dilakukan, dan banyak sekali pikiran-pikiran di kepalanya. Dia tidak tahu bagaimana menjadi pemimpin di perusahaan yang sudah sangat besar. Hanya dalam waktu tiga hari, banyak kesalahan yang telah dia perbuat. Dia pun sedikit frustasi dan pulang siang hari menenangkan diri di rumah.
Pada sore hari, Pak Sutrisno berteriak kesakitan dan tersirat perasaan takut di wajahnya. Nafas Pak Sutrisno tersendat sendat. Sam bergegas lari menuju kamar ayahnya. Di sana sudah ada Bu Hernita. Dia menangis tersendu sendu dan segera memeluk ayahnya. Saat itu juga, ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya. Tangis pun pecah diantara mereka. Sam meneriakkan kata "Ayah" berkali-kali sambil menangis. Disusul kedatangan Bu Lela yang akhirnya menambah suasana menyedihkan diantara mereka. Pak Sutrisno telah pergi untuk selamanya. Bu Lela membayangkan besarnya kasih sayang yang telah diberikan Pak Sutrisno kepada Dena dan kebaikan-kebaikan serta canda tawa yang telah mereka lewati.
Tidak lama kemudian Dena pulang ke rumah dan dari teras dia mendengar suara tangis lalu dia berlari menuju kamar ayahnya. Kemudian dia berlutut tak menyangka ayahnya akan pergi secepat itu. Dia menjatuhkan bingkisan berisi cokelat kesukaan Pak Sutrisno, dan menangis.
Setelah semua itu terjadi, pemakaman Pak Sutrisno telah dilaksanakan, dan perusahaan turut berkabung. Dena dan Sam tiduran berdua di kamar Sam sambil sesekali menangis setelah sadar apa yang telah terjadi. Mereka pun akhirnya tertidur.Pagi pun tiba beserta perasaan sedih yang masih melekat kuat di hati mereka, harus dijalani hari yang akan sangat panjang ini. Mereka pun berusaha keras melupakan rasa sedih dengan berfikir positif terhadap apapun. Akhirnya mereka berdua dapat tegar dan kembali beraktifitas normal.
Dena pun bekerja tanpa harus pulang tiap hari. Dia pun bekerja selama 6 bulan berturut turut tanpa pulang ke rumah. Sesekali ia merindukan keluarganya di rumah. Merindukan keceriaan yang ada, merindukan ayah. Sangat rindu ayah. Setelah enam bulan tidak pulang, dia pun mengambil cuti sebulan untuk menikmati harinya di rumah. Tentu dia ingin sekali bertemu dengan Sam. Sementara Sam masih terus berusaha mengurangi kesalahannya dalam memimpin perusahaan. Maklum, dia kuliah di jurusan teknik, jadi dia tidak mempelajari teknik-teknik dalam mengelola suatu perusahaan. Setelah bertelfonan, Sam dan Dena sepakat untuk pulang ke rumah pada siang hari. Di sela kesibukan mereka tidak akan pernah ada kata sempat jika mereka tidak janjian dulu.
Sam sampai di rumah terlebih dulu. Tidak sabar bertemu Dena, dia menunggu di ruang tamu hingga ketiduran. Dua jam kemudian terdengar ketukan pintu dari luar. Sam kaget dan terbangun. Dengan wajah orang tidur dia membukakan pintu. Saat dia melihat Dena setelah enam bulan, tiba tiba dia mengatakan, "Cantik sekali". Sam terpesona sejenak melihat Dena. Rambutnya digerai dan lebih panjang dari sebelumnya, tidak berkacamata, dengan pakaian indah yang modis namun sopan. Dena sedikit terkejut karena kalimat pertama yang diucapkan oleh sahabatnya itu. Meskipun begitu dia tetap seorang wanita biasa.
Yang terjadi selanjutnya adalah.
Dena memeluk Sam sambil sedikit melompat. Dena bingung dan di pikirannya berkecambuk bagaimana caranya agar dia tidak terlihat salah tingkah atau tidak terlihat menganggap serius omongan Sam tadi. Jadi, langsung saja Dena memeluk Sam dengan perasaan sedikit canggung namun tak terlihat dari raut wajahnya. Karena Sam sedang tidak begitu fokus, dengan pikiran sedikit terngiang setelah bangun tidur, dan badan yang tidak siap menerima suatu beban, Sam justru terjatuh ke belakang dengan disusul Dena di atasnya. Menambah suasana semakin tidak nyaman. Dena segera merapikan posisinya dan Sam juga. Mereka bergegas masuk ke dalam dan segera menemui kedua ibunya tanpa mengatakan sepatah katapun. Masih grogi.
Setelah beberapa lama, mereka kembali akrab bagaikan saudara kembar kembali tanpa ada rasa canggung di antara keduanya. Mereka kembali tiduran di kamar Sam dan bercerita panjang lebar mengenai apa yang telah mereka alami. Dan mereka pun tertidur.
Tengah malam, tiba tiba suhu ruangan menjadi sangat dingin. Dengan mata masih terlelap, Dena tanpa sadar merapatkan tubuhnya ke arah Sam lalu menggunakan selimut bersama. Dengan setengah sadar, Sam membalikkan tubuhnya sehingga dia bisa memeluk Dena dan mereka tertidur dalam posisi seperti itu.
Entah siapa yang bangun duluan, mereka berdua terkaget-kaget lalu melepaskan pelukan itu. Sam keluar ruangan duluan dan segera bersiap siap untuk ke kantor. Dena ikut membantu Bu Lela untuk memasak dan melakukan pekerjaan rumah. Bu Lela, Bu Hernita, Sam dan Dena mekan bersama dan mengobrol asik.
Sebelum berangkat ke kantor, Sam meminta Dena untuk membimbingnya agar dapat menjalankan suatu perusahaan dengan baik. Posisi Dena yang telah naik pangkat menjadi manajer sangatlah membantu. Mereka membicarakan menganai perusahaan, topik yang cukup berat. Setiap hari Sam pulang siang hari dan berkonsultasi dengan Dena mengenai perusahaannya. Hal tersebut sangat membantu Sam dalam menjalankan perusahaan dengan baik serta meminimalisir kesalahan yang terjadi.
Canda tawa kembali mereka lalui. Bagaikan sahabat, adik kakak, saudara kembar, keluarga, dan rasa nyaman terasa kental di antara mereka. Satu bulan berlalu, Dena harus kembali bekerja. Sam merasakan kesedihan yang mendalam karena tidak akan bertemu Dena dengan waktu yang cukup lama. Tapi aneh, dia tidak ingin Dena jauh jauh dari hidupnya. Dena sudah seperti separuh jiwanya. Saat Dena pergi, Sam seperti kehilangan separuh jiwanya.
Satu bulan kemudian dia sangat merindukan Dena. Setiap hari dia lalui dengan memikirkan Dena. Sam tahu bahwa itu adalah perasaan cinta. Rasa ingin memiliki, melindungi, ditambah rasa nyaman yang ada di antara mereka membuatnya menjadi sempurna. Sam tidak tahu kapan perasaan itu mulai ada, yang jelas dia mencintai Dena apa adanya. Sam menyusul ke perusahaan tempat Dena bekerja.
Sam menyiapkan segalanya untuk menyatakan perasaan kepada Dena. Mulai dari bagasi berisi balon balon romantis yang saat dibuka balon tersebut terbang bertuliskan "I LOVE YOU DENA", lalu cincin, dan baju yang keren pastinya. Sam berpikir bahwa Dena pasti akan suka dan langsung menerimanya.
Sam pun sampai pada malam hari, yang artinya dia sudah pulang dari kantor. Dia langsung menuju apartemen Dena. Di sana, Dena membukakan pintu dan terkejut. Lalu mereka berdua bercengkrama keasikan dan Sam jadi lupa tentang apa yang harus dilakukan. Saat Sam berkata bahwa ada sesuatu yang ingin dia katakan, suasananya sudah tidak mendukung untuk melakukannya, karena mereka berdua sudah dirundung rasa kantuk, baju yang sudah tidak berbentuk alias berantakan, dan Dena yang sudah bergegas untuk pergi tidur. Sam akhirnya tidak jadi menyatakan perasaan kepada Dena. Dan Sam tidur di Apartemen Dena. Saat subuh, sam sudah bangun dan bergegas pergi ke kantor.
Dua hari sudah berlalu. Sam akhirnya menyempatkan diri untuk menelfon Dena. Dena juga menyempatkan waktu bertemu dengan Sam di suatu restaurant elegan yang mewah. Hal itu tentu saja dalam rangka ingin menyatakan perasaan kepada Dena. Restauran tersebut sudah lebih dulu di pesan oleh Sam. Kalau biasanya mereka hanya makan di angkringan Bu Harno.
Sam berdandan menggunakan pakaian yang keren. Dena pun datang dan dia juga mengenakan pakaian yang elegan.
Sam lalu memulai pembicaraan dengan topik rang sedikit berat. Karena dia tahu, bila dimulai dengan topik yang ringan pasti mereka berdua akan keasikan seperti saat kegagalan pertamanya kemarin. Dimulai dengan perusahaan perusahaan yang sedang nge-tren, sampai dengan anak kedua Kate midalton. Sam pun mulai serius dengan pembicaraannya. Dan penerangan remang remang yang pas untuk momen seperti ini. Akhirnya Sam menyatakannya.
"Dena, aku cinta sama kamu. Aku nggak tahu dari kapan aku mulai suka, sampai aku merasa kamu adalah belahan jiwa yang selama ini aku dambakan. Kamu mau kan jadi istriku?" (Memang sifat Sam kadang suka sedikit memojokkan tanpa bertanya pendapat dulu)
"Sam, kamu serius cinta sama aku?"
Seakan Dena tidak percaya, Sam menanggapinya dengan tertawa kecil, lalu mengajaknya ke mobil. Sam lalu membuka bagasi dan terlihat balon bertuliskan "I LOVE YOU DENA" lalu berlutut sambil menunjukkan cincin yang telah dia siapkan dari jauh hari.
"Kamu mau kan jadi istriku? Menemani aku kapanpun, saat susah, senang, sampai kita punya anak cucu?"
Dena terharu dan akhirnya menerima lamaran Sam yang lumayan mendadak ini. Mereka pun berpelukan di belakang mobil, lalu tepuk tangan para pelayan restauran mengiringi..
Akhirnya Dena menikah dengan Sam. Dena keluar dari perusahaannya, lalu bekerja di perusahaan milik Sam tanpa digaji, menjadi asisten pribadi Sam. Terkadang mereka melakukan hal yang mesra di kantor, tertawa bersama, frustasi bersama, dan melakukan apapun bersama. Dan yang sebenarnya terjadi, Dena lah yang memegang kendali penuh alias otak dari perusahaan. Sam hanya menjadi pelakunya.
Perusahaannya akhirnya berkembang menjadi perusahaan terbesar di Asia, berkat pengalaman dan kemahiran Dena dalam menjalankan perusahaan. Diiringi dengan penerus yang sekarang sedang lucu lucunya, kembar perempuan dan laki laki, berumur 4 tahun.
Jujur saat saya menulis ini, saya hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam saja, dimana saya tidak memikirkan tema apa yang seharusnya mendominasi cerita tersebut. Jangan tiru saya ya kawanss :).
Komentar
Posting Komentar