Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Snack kemasan sebagai teman belajar

Yak.. Kesibukan belajar yang kadang bikin penat selalu gw alami. Apalagi kalau lagi ujian kaya gini.. Eh btw gw lagi ujian nih.. Hahaha malah ga belajar.. Tapi, sembari belajar ga salah dong, kalau kita sambil nyemil nyemil asik sampai lupa harus belajar lahi, apalagi malah browsing kaya gw kali ini.. Haduh gubrak!! Berkaitan sama kebingungan gw yang melanda dari hari pertama ujian, itu tuh ttg masalah camilan.. Tau kan, kalau belajar sampai larut dan perut kroncongan tuh ga banget dah.. Malah bikin males belajar.. Kalau sambil ngunyah asik kali ya.. Bisa sejenak merefresh isi otak dan isi perut yang krucuk krucuk kaya aquarium.. Btw gw mau share nih, apa aja yg sering banget gw beli buat camilan alias teman kesepian *ciyaat.. Cuskan 1. Pejoy Nah.. Ini nih, yang paling gw suka.. Kenapa? Karena selain rasanya enak, bentuknya imut, isinya pun rapi.. Sukses deh bikin nagih, ga perlu sering sering cuci tangan atau tebah tebah kasur karna serbuk micin atau apapun y...
Surat untuk Kamu—yang Aku Cintai Tanpa Syarat. Selamat malam/siang/pagi—untukmu, yang sangat aku cintai. Aku mencintaimu, Maaf jika hanya kalimat itu yang terlalu sering terucap, Tapi aku ingin kau untuk terus menetap. Aku tak ingin kau pergi, Maaf, lagi-lagi aku berkata seperti ini, Tapi sungguh, aku mencintaimu seperti lupa bagaimana cara untuk berhenti, Sepertinya, rasaku ini sudah lewat batas kendali, Maaf, perasaan ini memang kadang tak tahu diri—ia terlalu mencintai, hingga tak ingin kau beranjak untuk pergi ke lain hati. Terima kasih, Untuk semua usahamu menyisihkan waktu agar bisa bertemu denganku—saat rinduku mengadu ingin bertemu. Aku mencintaimu, Selalu. —mc. Sumber = https://timeline.line.me/post/_dbXevSxZj5M4VRkE2rH1V8jl9kbjj8IyxON7OCY/1152124358207084377
Saat aku dan kamu sudah tak menjadi kita, aku masih bertanya apa yang berbeda? Apa yang menyakitkan dari sebuah perpisahan? Bahkan aku masih menyimpan pesan yang kamu kirimkan. Masih hafal dengan sangat letak titik, koma dan tanda baca lainnya. Tak kuhapus sebab di situlah kamu pernah berada. Menghabiskan malam dengan mencari tahu keadaanmu yang sekarang. Membuka halaman sosial media yang seringkali malah membuat dadaku sesak—sakit yang kusengaja. Lalu perasaan yang belum sepenuhnya hilang itu akan berganti dengan kenangan yang menghadirkan rindu yang datang seenaknya, kemudian adalah air mata. Aku benci pada titik seperti ini. Titik dimana kamu masih selalu hadir bahkan saat aku melihat benda-benda mati. Kamu yang menyisakan cerita, sedangkan aku yang masih saja berjuang menyelesaikan perasaan dengan kenangan yang menghantui di kepala. —SatuHuruf #SunyiBerbunyi Sumber = https://timeline.line.me/post/_dbXevSxZj5M4VRkE2rH1V8jl9kbjj8IyxON7OCY/1152146649407087809

sajak puisi cinta "afeksi dalam diam"

[Afeksi Dalam Diam] Aku menyayangi kau dengan filantropi: atas cinta dan kasih yang kian berapi-api. Aku menemukan kau di antara selesa bentala: di antara kerumunan manusia, di antara bestari samudra, di antara banyaknya insan yang datang, namun aku tetap menanti kau walau gamang. Cinta adalah abhati: berisikan cahaya agung yang suci, cinta yang sejati adalah cinta yang tanpa drama berupa melankoli. Hanya pada saat bersama kau, atmaku merasa jenjam, hanyut terlalu kelam. Cinta itu niskala: tidak berwujud dan abstrak, sesungguhnya aku saja bingung tatkala harus menjelaskan bagaimana aku bisa mencintai, rasa tumbuh begitu saja sebab kata orang cinta tak butuh alasan, namun pasti selalu menginginkan balasan. Atas elemen-elemen percikan rindu yang sedari awal sudah mengunifikasi jiwa, tersalur lewat pandangan nayanika indah milikmu, kau berhasil menyita seluruh atensi dirgantara hidupku. Masih, rasaku bersifat klandestin: diam-diam dan rahasia. Sebab aku belum siap menakwilkan ...

mencintai tanpa syarat

Tahu tak? Aku ini sedang jatuh cinta. Tak butuh waktu lama untuk mengenal dirinya. Kita teman satu smp dan sma tanpa mengenal satu sama lain sebelumnya. Kami pun baru mengenal di kelas xi, dan baru dekat di kelas xii. Di kelas xii ini aku mendekati dia. Berlebihan dan tidak pantas memang, seorang wanita mendekati pria lebih dulu. Tapi aku tak pikir panjang. Awalnya aku tak punya perasaan sama sekali terhadapnya. Bahkan cenderung anti memandangnya karena penampilan berkumis dan berjenggotnya yang membuatku semakin tidak menyukainya. Suatu saat aku melihatnya tak berkumis dan berjenggot. Penampilannya lebih rapi. Aku pun sontak memujinya. Dan sejak saat itu dia tak peenah lagi memanjangkan rambut di wajahnya. Aku pernah iseng mengirimkan bunga kepadanya. Sebelumnya aku meminta bunga juga kepadanya, tapi tak dituruti. Tapi terserah, aku hanya sekedar ingin berbagi kebahagiaan dengannya. Perasaanku belum tumbuh sama sekali. Dia pintar. Dia baik hati. Dia pengertian. Dia perhatian. ...