[Afeksi Dalam Diam]
Aku menyayangi kau dengan filantropi: atas cinta dan kasih yang kian berapi-api.
Aku menemukan kau di antara selesa bentala: di antara kerumunan manusia, di antara bestari samudra, di antara banyaknya insan yang datang, namun aku tetap menanti kau walau gamang.
Cinta adalah abhati: berisikan cahaya agung yang suci, cinta yang sejati adalah cinta yang tanpa drama berupa melankoli. Hanya pada saat bersama kau, atmaku merasa jenjam, hanyut terlalu kelam.
Cinta itu niskala: tidak berwujud dan abstrak, sesungguhnya aku saja bingung tatkala harus menjelaskan bagaimana aku bisa mencintai, rasa tumbuh begitu saja sebab kata orang cinta tak butuh alasan, namun pasti selalu menginginkan balasan.
Atas elemen-elemen percikan rindu yang sedari awal sudah mengunifikasi jiwa, tersalur lewat pandangan nayanika indah milikmu, kau berhasil menyita seluruh atensi dirgantara hidupku.
Masih, rasaku bersifat klandestin: diam-diam dan rahasia. Sebab aku belum siap menakwilkan keberanian dan pengungkapan.
Untuk saat ini, biarkan aku mencintai dalam alunan puisi. Meleburkan candu pada aksara keabadian, menggenapkan kasih pada sajak dan syair melalui tulisan. Tetapi benar realitanya, bahwa aku memang mencintaimu.
—nurauliasari
#RelasiParadigma
Sumber= https://timeline.line.me/post/_dbXevSxZj5M4VRkE2rH1V8jl9kbjj8IyxON7OCY/1152147147907083495
Aku menyayangi kau dengan filantropi: atas cinta dan kasih yang kian berapi-api.
Aku menemukan kau di antara selesa bentala: di antara kerumunan manusia, di antara bestari samudra, di antara banyaknya insan yang datang, namun aku tetap menanti kau walau gamang.
Cinta adalah abhati: berisikan cahaya agung yang suci, cinta yang sejati adalah cinta yang tanpa drama berupa melankoli. Hanya pada saat bersama kau, atmaku merasa jenjam, hanyut terlalu kelam.
Cinta itu niskala: tidak berwujud dan abstrak, sesungguhnya aku saja bingung tatkala harus menjelaskan bagaimana aku bisa mencintai, rasa tumbuh begitu saja sebab kata orang cinta tak butuh alasan, namun pasti selalu menginginkan balasan.
Atas elemen-elemen percikan rindu yang sedari awal sudah mengunifikasi jiwa, tersalur lewat pandangan nayanika indah milikmu, kau berhasil menyita seluruh atensi dirgantara hidupku.
Masih, rasaku bersifat klandestin: diam-diam dan rahasia. Sebab aku belum siap menakwilkan keberanian dan pengungkapan.
Untuk saat ini, biarkan aku mencintai dalam alunan puisi. Meleburkan candu pada aksara keabadian, menggenapkan kasih pada sajak dan syair melalui tulisan. Tetapi benar realitanya, bahwa aku memang mencintaimu.
—nurauliasari
#RelasiParadigma
Sumber= https://timeline.line.me/post/_dbXevSxZj5M4VRkE2rH1V8jl9kbjj8IyxON7OCY/1152147147907083495
Komentar
Posting Komentar