Maafkan aku karena terkadang mendahulukan urusan hati lebih dulu ketimbang kewajiban. Pernah pada suatu ketika, dimana ada banyak kegiatan sekaligus yang bertabrakan di satu waktu. Sebut saja kegiatan X, Y, dan Z. Jelas sekali seharusnya aku menempatkan kegiatan X paling atas di skala prioritas dan kegiatan Y dan Z menyesuaikan. Sudah pernah terjadi sebelumnya, ketiga kegiatan tersebut diadakan secara bersamaan. Dan aku belum melakukan suatu kesalahan.
Akan tetapi, pada suatu ketika, perasaanku tertambat pada suatu variabel yang pada dasarnya tidak begitu penting, akan tetapi dapat membuat semuanya terasa menyenangkan. Variabel itu terdapat di kegiatan Y yang seharusnya ditempatkan pada prioritas kedua setelah kegiatan X. Dan bertepatan dengan itu, kegiatan X juga sangat penting karena sudah hampir mendekati hari-H. Karena dalam kegiatan X tidak terdapat variabel yg menarik, maka dengan ceroboh aku meninggalkan kegiatan X dan melakukan kegiatan Y.
Sebuah kesalahan memang. Meskipun sudah terkirimkan ijinku untuk tidak mengikuti kegiatan X, tetap saja kegiatan Y tidak seharusnya kuikuti demi variabel kecil tersebut. Terlebih lagi, ternyata dalam kegiatan Y itu nihil kehadiran dan bisa dibilang terabaikan.
Rasa sesal menghantui. Aku kehilangan banyak sekaligus. Tapi karena ijin sudah melayang dan terlanjur kuputuskan untuk mengikuti kegiatan Y, aku harus menghargai keputusan salahku itu.
Pesanku kepada kalian, jangan pernah campurkan urusan hati dengan urusan dan tugas. Percayalah, hal itu dapat menimbulkan penyesalan ganda dibandingkan dengan tidak mencampurkannya. Kalian berfikirlah ke depan, memikirkan resiko apa saja yg akan terjadi jika melakukan sesuatu. Dan tempatkanlah sesuatu menggunakan skala prioritas dengan baik dan benar. Kalau kata orang: berfikirlah matang matang tanpa membawa emosi, jangan putuskan sesuatu dengan ceroboh, apabila hampir terjadi demikian, tidurlah dulu dan putuskan itu setelah bangun tidur. Kan kalau semisal kita emosi terus tidur, besoknya emosinya bisa reda dan jadi lebih tenang. Gitu aja sih.
Sekian.
Akan tetapi, pada suatu ketika, perasaanku tertambat pada suatu variabel yang pada dasarnya tidak begitu penting, akan tetapi dapat membuat semuanya terasa menyenangkan. Variabel itu terdapat di kegiatan Y yang seharusnya ditempatkan pada prioritas kedua setelah kegiatan X. Dan bertepatan dengan itu, kegiatan X juga sangat penting karena sudah hampir mendekati hari-H. Karena dalam kegiatan X tidak terdapat variabel yg menarik, maka dengan ceroboh aku meninggalkan kegiatan X dan melakukan kegiatan Y.
Sebuah kesalahan memang. Meskipun sudah terkirimkan ijinku untuk tidak mengikuti kegiatan X, tetap saja kegiatan Y tidak seharusnya kuikuti demi variabel kecil tersebut. Terlebih lagi, ternyata dalam kegiatan Y itu nihil kehadiran dan bisa dibilang terabaikan.
Rasa sesal menghantui. Aku kehilangan banyak sekaligus. Tapi karena ijin sudah melayang dan terlanjur kuputuskan untuk mengikuti kegiatan Y, aku harus menghargai keputusan salahku itu.
Pesanku kepada kalian, jangan pernah campurkan urusan hati dengan urusan dan tugas. Percayalah, hal itu dapat menimbulkan penyesalan ganda dibandingkan dengan tidak mencampurkannya. Kalian berfikirlah ke depan, memikirkan resiko apa saja yg akan terjadi jika melakukan sesuatu. Dan tempatkanlah sesuatu menggunakan skala prioritas dengan baik dan benar. Kalau kata orang: berfikirlah matang matang tanpa membawa emosi, jangan putuskan sesuatu dengan ceroboh, apabila hampir terjadi demikian, tidurlah dulu dan putuskan itu setelah bangun tidur. Kan kalau semisal kita emosi terus tidur, besoknya emosinya bisa reda dan jadi lebih tenang. Gitu aja sih.
Sekian.
Komentar
Posting Komentar